Minggu, 12 Januari 2014

Linguistik


A.PengertianLinguistik
            Linguistik adalah ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
B. Linguistik Sebagai Ilmu
a.Keilmiahan Linguistik
Ilmu linguistic telah mengalami tiga tahap perkembangan sebagai berikut :
·         tahap spekulasi            : tahap ini membicarakan mengenai sesuatu dan cara mengambil     keputusan dengan caras pekulasi.
·         tahap kedua                 : tahap ini adalah tahap observasi dan klasifikasi.
·         tahap ketiga                 : adalah tahap adanya perumusan teori
b. Subdisiplin Linguistik
Objek ilmu linguistic adalah bahasa, dimana bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas, maka subdisiplin atau cabang linguistic itupun menjadi sangat banyak. Diantara subdisiplin-subdisiplin linguistik itu adalah sebagai berikut :
·         berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Sedangkan linguiostik khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu, saeperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa.
·         berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik. Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan. Studi linguistik sinkronik ini biasa juga disebut linguistik deskriptif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa-bahasa) pada masa yang tidak terbatas. Bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai zaman punahnya bahasa tersebut (kalau bahasa tersebut sudah punah, seperti bahasa Sansekerta dan bahasa Latin), atau sampai zaman sekarang (kalau bahasa itu masih hidup, seperti bahasa Arab dan bahasa Jawa).
·         berdasarkan objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya dengan faktor-faktor  di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro (mikrolinguistik dan makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Sedangkan linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya itu daripada struktur internal bahasa.
·         berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan teori ataukah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan adanya linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada diluar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Sedangkan linguistik terapan berusaha mengadakanb penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam masyarakat.
·         berdasarkan aliran atau teri yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik.
c. Analisis Linguistik
Analisis linguistic dilakukan terhadap bahasa, lebih tepatnya terhadap semua tataran tingkat bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi, sintaksis, sematik.
·         Struktur, Sistem, dan Distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinant de Saussure (1857-1913) dalam bukunya Course de Linguistique Generale membedakan adanya dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret. Sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak bila satu kalimat dibandingkan dengan kalimat lain. Louis Hjelmselv, seorang linguis Denmark, mengambil alih konsep de Saussure itu, tetapi dengan sedikit perubahan. Beliau mengganti istilah asosiatif dengan istilah paradigmatik.
Firth, seorang linguis Inggris menyebut hubungan yang bersifat sintagmatik itu dengan istilah struktur, dan hubungan paradigmatik itu dengan istilah sistem.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa struktur adalahsusunan bagian-bagian kalimat atau konstituen kalimat secara linier. Hubungan antara bagian-bagian kalimat tertentu dengan kalimat lainnya kita sebut sistem. Dan suatu sistem pada dasarnya menyangkut masalah distribusi. Pengertian distribusi adalah istilah utama dalam analisis bahasa menurut model struktur model strukturalis Leonard Bloomfield (tokoh linguistik Amerika dengan bukunya Language, terbit 1933), adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstituen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya.

·         Analisis Bawahan Langsung
Analisis bahawah langsung sering disebut juga analisi unsur langsung, atau analisis bawahan terdekat (Inggrisnya Immediate Constituent Analysis) adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat.


·         Analisis Rangkaian Unsur dan Analisis Proses Unsur
Satuan-satuian bahasa dapat pula dianalisis menurut teknik analisis rangkaian unsur dan analisis proses unsur. Kedua cara ini bukan barang baru, sebab sudah dipersoalkan orang sejak tahun empat puluhan. Satuan bahasa yang dianalisis biasanya terbatas hanya pada satuan morfologi.
Analisis rangkaian unsur (Inggrisnya item-and-arrangement) mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain. Misalnya tertimbun terdiri dari ter-+ timbun, kedinginan terdiri dari dingin + ke-/-an. Berbeda dengan analisis rangkaian unsur, maka analisis proses unsur (Inggrisnya item-and-proses) menganggap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan. Jadi, bentuk tertimbun adalah hasil dari proses prefiksasi ter- dengan kata dasar timbun, bentuk kedinginan adalah hasil dari proses konfiksasi ke-/-an dengan kata dasar dingin.
d. Manfaat Linguistik
setiap ilmu, betapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan linguistik. Seperti bsudah disinggung di muka bahwa linguistik akan memberi manfaat langsung kepada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun uku pelajaran, penyusunan kamus, petuigas penerangan, para jurnalis, politikus, diplomat, dan sebagainya.
Bagi linguis, pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya.
Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra linguistik akan membantunya dalam memahami karya sastra dengan lebih baik.
Bagi guru, terutama guru bahasa, pengetahuan  linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi, morfologi, sitaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.
Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastif linguistik.
Bagi penyusun kamus atau leksikografer menguasai semua aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab semua pengetahuan linguistik akan memberi manfaat dalam menyelesaikan tugasnya.
Sedangkan bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks, pengetahuan linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut.
C. Objek Linguistik: Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa menurut Ferdinant de Saussure dibagi menjadi tiga, yaitu
·         Parole     : merupakan objek konkret karena parole itu berwujud nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa.
·         Langue   : merupakan objek yang abstrak karena langue berwujud system suatu bahasa tertentu secara keseluruhan.
·         Langage : merupakan objek yang paling abstrak karena dia berwujud system bahasa yang universal.
b. Hakikat Bahasa

·         Bahasa sebagai system
Sistem bahasa artinya bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan.
·         Bahasa sebagai Lambang
Ferdinant de Saussure tidak menggunakan istilah lambang, melainkan istilah tanda atau tanda linguistic.Oleh karena itu, dalam kepustakaan kita ada yang menyatakan bahwa bahasa adalah system tanda.
·         Bahasa adalah Bunyi
Bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambing bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
·         Bahasa itu Arbitrer
Arbitrer artiny asewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Jadi yang dimaksud arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
·         Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambing bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambing tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyaraka tbahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mematuhi konsep yang diwakilinya.

·         Bahasa Itu Produktif
Bahasa dikatakan produktif maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas.
·         Bahasa itu Unik
Setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.
·         Bahasa Itu Universal
Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
·         Bahasa Itu Dinamis
Bahasa itu berubah, tidak tetap, tidak statis dikarenakan keterkaitan bahasa dengan manusia sangat erat, dimana dalam kehidupannya didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, itulah mengapa bahasa itu dinamis.
·         Bahasa Itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yaitu idiolek, dialek, dan ragam.
Idiolek     : variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Dialek    : variasibahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat dan suatu waktu.
Ragam   : variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.
·         Bahasa Itu Manusiawi
Artinya bahasa hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
c. PenggunaanBahasa
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yaitu : (1) Setting atau Scene, (2) Participants, (3) Ends, (4) Act Sequences, (5) Key, (6) Instrumentalities, (7) Norms, (8) Genres
D. Tataran Linguistik :
a.       Fonologi
Fonologi adalah bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Satuan bunyi yang menjadi objek fonologi adalah fonetik dan fonemik.
·         Fonetik : bidang linguistic yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi pembeda makna atau tidak. Fonetik dibedakan menjadi tiga, yaitu : artikulatoris, akustis, dan auditoris.
·         Fonemik : objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.Objek penelitian fonemik adalah fonem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Fonem diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
*fonem segmental yaitu fonem-fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran.
*fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental yaitu fonem yang berupa unsure suprasegmental.
Selain mempelajari tentang fonem, di dalam fonemik juga mempelajari tentang alofon. Alofon adalah bunyi- bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.
b.  Morfologi
Di dalam bab morfologi ini, akan dibicarakan seluk beluk morfem. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Morfem diklasifikasikan menjadi :
·    Morfem bebas dan morfem terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan, contohnya : pulang, makan, rumah, dan bagus. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan, contonya : semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat.
·    Morfem utuh dan morfem terbagi
Morfem utuh adalah morfem yang bentuk formalnya merupakan satu kesatuan yang utuh, contohnya : meja, kursi, kecil. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.


·      Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
·      Morfem beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfenm beralomorf zero atau nol, yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), merupakan berupa “kekosongan”.
·    Morfem Bermakna Lesikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yaang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berprose dulu dengan morfem lain. Sedangkan morfem tidak bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
Dalam morfologi adapula prose morfemis atau biasa disebut proses morfologi atau proses juga proses gramatikal. Berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan juga sedikit tentang konversi dan modifikasi intern.
·         Afiksasi yaitu proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
·         Reduplikasi yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.
·         Komposisi yaitu hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
·         Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi, dan transposisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah katamenjadi kata lain tanpa perubahan unsure segmental.
·         Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsure-unsur (yang biasanya berupa vocal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan).
·         Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.
·         Prokdutifitas proses morfemis adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relative tak terbatas, artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
Morfofonemik
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.

c.       Sintaksis
Telah disebutkan bahwa morfologi dan sitaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) stuktur sintaksis, (2) satuan-satuan sintaksis, (3) hal-hal lain yang berkenaan dengan sintaksis.
·         Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).
·         Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, kita harus terlebih dahulu membedakan adanya dua macam kata, yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan, yang  termasuk kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, adjektiva, adverbial, dan numeralia. Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan didalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri, yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
·         Frase Sebagai Satuan Sintaksis
Frase digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada dibawah satuan klausa dan satu tingkat berada di atas satuan kata. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikalyang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frase dapat dibedakan menjadi :
*Frase Eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
*Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya.
*Frase Koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama atau sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik…baik, makin…makin, dan baik…maupun… frase koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya.
*Frase Apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
*Perluasan frase adalah salah satu cirri dari sebuah frase. Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
·         Klausa Sebagai Satuan Sintaksis
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.
·         Kalimat Sebagai Satuan Sintaksis
Kalimat itu adalah satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa, maka para tata bahasawaan tradisional biasanya membuat definisi kalimat dengan mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan.
·         Wacana Sebagai Satuan Sintaksis
Banyak dan berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat orang. Namun, dari sekian banyak definisi dan yang berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itudibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.
·         Catatan Mengenai HIerarki Satuan
Satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk satuan yang lebih besar. Jadi, fonem membentuk morfem, morfem akan membentuk kata, kemudian kata akan membentuk frase, selanjutnya frase akan membentuk klausa, sesudah itu klausa akan membentuk kalimat, dan akhirnya kalimat akan membentuk wacana.
d.      Semantik
Dalam berbagai kepustakaan linguistic disebutkan bidang studi linguistic yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistic. Kalau istilah ini tetap dipakai tentu harus diingat bahwa status tataran semantic dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis adalah tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa yang disebut wacana, seperti yang sudah dibicarakan dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan klausa dibangun oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, dan satuan kata dibangun oleh morfem, satuan morfem dibangun oleh fonem, dan terakhir satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi. Semantic, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun membangun ini: makna berada dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Oleh karena itu, penamaan tataran untuk semantic agak kurang tepat, sebab dia bukan satu tataran dalam arti unsure pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan unsure yang berada pada semua tataran itu, meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.
·         Jenis-jenis Makna
*Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda memiliki makna leksikal “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”, air bermakna leksikal “sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari”, dan sebagainya. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna sebenarnya.


*Makna Gramatikal
Makna gramatika lbaru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
*Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan  bahasa itu.
*Makna Referensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referensnya atau acuannya.
*Makna Non-referensial
Makna non-fererensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referens atau acuan.
*Makna Denotatif
Makna denotative adalah makna asal, makna asli, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.
*Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.
*Makna Konsteptual
Makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
*Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa.
*Makna Kata
Makna kata adalah kata atau leksem yang memiliki makna.
*Makna Istilah
Makna istilah adalah sebuah kata atau leksem yang mempunyai makna pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konterks kalimat.
*Makna Idiom
Makna idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan, baik makna unsure-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
*Peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri dan dilacak.

E. Sejarah dan Aliran Linguistik
a. Linguistik Tradisional
Terbentuknya tata bahasa tradisional telah mengalami masa yang sangat panjang, berikut adalah pembagian zaman per zaman linguistic tradisional
·         Linguistic Zaman Yunani
Sejarah studi bahasa pada Zaman Yunani dimulai dari lebih kurang abad ke-5 S.M. sampai lebih kurang abad ke-2 M. masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis waktu itu adalah pertentangan antara fisis dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali.
Dari studi bahasa pada zaman Yunani ini, ada beberapa kaum yang ikut dalam studi bahasa ini, yaitu Kaum Sophis, Plato (429-347 S.M.), Aristoteles (384-322 S.M.), Kaum Stoik, Kaum Alexandrian.
·         Linguistik Zaman Romawi
Zaman ini dianggap sebagai kelanjutan dari zaman Yunani. Boleh dikatakan orang Romawi belajar mengenai linguistic dari orang Yunani. Tokoh yang sangat berperan pada zaman ini adalah Varro (116-27 S.M.) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
·         Zaman Pertengahan
Dari zaman pertengahan ini yang dikaji dalam studi bahasa, antara lain, adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa Spekulativa, dan Petrus Hisponus.
·         Zaman Renaisans
Zaman ini dianggap sebagai zaman pembukaan pemikiran abad modern.
·         Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Masa antara lahirnya linguistic modern dan masa berakhirnya zaman renaisans ada satu tonggak yang dianggap sangat penting yaitu dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa Jerman lainnya. Hal East India Company di hadapan The Royal Asiatic Society di Kalkuta pada tahun 1786.
b.      Linguistik Strukturalisme
Linguistic strukturalisme berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep  atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern yaitu Ferdinant de Saussure.






















TUGAS AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH LINGUISTIK UMUM
MERANGKUM BUKU “LINGUISTIK UMUM”
Karya : Abdul Chaer



unnnes

Oleh :

Yulianti
2601412005
Rombel 1

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012/2013











Tidak ada komentar:

Posting Komentar