A.PengertianLinguistik
Linguistik adalah ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya.
B. Linguistik Sebagai
Ilmu
a.Keilmiahan Linguistik
Ilmu
linguistic telah mengalami tiga tahap perkembangan sebagai berikut :
·
tahap
spekulasi : tahap ini membicarakan
mengenai sesuatu dan cara mengambil keputusan dengan caras pekulasi.
·
tahap
kedua : tahap ini adalah tahap
observasi dan klasifikasi.
·
tahap
ketiga : adalah tahap adanya
perumusan teori
b. Subdisiplin Linguistik
Objek
ilmu linguistic adalah bahasa, dimana bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat
dilepaskan dari segala
kegiatan manusia bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas, maka subdisiplin
atau cabang linguistic itupun menjadi sangat banyak. Diantara subdisiplin-subdisiplin linguistik itu adalah sebagai berikut :
·
berdasarkan objek
kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan
adanya linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik
yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Sedangkan linguiostik
khusus berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa
tertentu, saeperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa.
·
berdasarkan objek
kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa pada sepanjang masa
dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik.
Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya,
mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan. Studi linguistik sinkronik
ini biasa juga disebut linguistik deskriptif, karena berupaya mendeskripsikan
bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu. Linguistik diakronik
berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa-bahasa) pada masa yang tidak terbatas.
Bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai zaman punahnya bahasa tersebut
(kalau bahasa tersebut sudah punah, seperti bahasa Sansekerta dan bahasa
Latin), atau sampai zaman sekarang (kalau bahasa itu masih hidup, seperti
bahasa Arab dan bahasa Jawa).
·
berdasarkan objek
kajiannya, apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya
dengan faktor-faktor di luar bahasa
dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro (mikrolinguistik dan
makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal
suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Sedangkan
linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di
luar bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya itu daripada struktur
internal bahasa.
·
berdasarkan
tujuannya, apakah penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan
teori ataukah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan
adanya linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha
mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap
hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada diluar bahasa hanya untuk
menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Sedangkan
linguistik terapan berusaha mengadakanb penyelidikan terhadap bahasa atau
bahasa-bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk
kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam
masyarakat.
·
berdasarkan aliran
atau teri yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik
tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik
generatif semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik.
c. Analisis Linguistik
Analisis linguistic dilakukan terhadap bahasa, lebih tepatnya
terhadap semua tataran tingkat bahasa, yaitu fonetik, fonemik, morfologi,
sintaksis, sematik.
·
Struktur, Sistem,
dan Distribusi
Bapak linguistik modern, Ferdinant de Saussure (1857-1913) dalam bukunya
Course de Linguistique Generale membedakan adanya dua jenis hubungan atau
relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan
relasi asosiatif. Relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara
satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret. Sedangkan relasi asosiatif adalah
hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak bila satu kalimat
dibandingkan dengan kalimat lain. Louis Hjelmselv, seorang linguis Denmark,
mengambil alih konsep de Saussure itu, tetapi dengan sedikit perubahan. Beliau
mengganti istilah asosiatif dengan istilah paradigmatik.
Firth, seorang linguis Inggris menyebut hubungan yang bersifat sintagmatik
itu dengan istilah struktur, dan hubungan paradigmatik itu dengan istilah
sistem.
Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa struktur adalahsusunan bagian-bagian kalimat
atau konstituen kalimat secara linier. Hubungan antara bagian-bagian kalimat
tertentu dengan kalimat lainnya kita sebut sistem. Dan suatu sistem pada
dasarnya menyangkut masalah distribusi. Pengertian distribusi adalah istilah
utama dalam analisis bahasa menurut model struktur model strukturalis Leonard
Bloomfield (tokoh linguistik Amerika dengan bukunya Language, terbit 1933),
adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstituen tertentu
dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya.
·
Analisis Bawahan
Langsung
Analisis bahawah langsung sering disebut juga analisi unsur langsung, atau
analisis bawahan terdekat (Inggrisnya Immediate Constituent Analysis) adalah
suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang
membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan frase, satuan klausa,
maupun satuan kalimat.
·
Analisis Rangkaian
Unsur dan Analisis Proses Unsur
Satuan-satuian bahasa dapat pula dianalisis menurut teknik analisis
rangkaian unsur dan analisis proses unsur. Kedua cara ini bukan barang baru,
sebab sudah dipersoalkan orang sejak tahun empat puluhan. Satuan bahasa yang
dianalisis biasanya terbatas hanya pada satuan morfologi.
Analisis
rangkaian unsur (Inggrisnya item-and-arrangement) mengajarkan bahwa setiap
satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain. Misalnya tertimbun
terdiri dari ter-+ timbun, kedinginan terdiri dari dingin +
ke-/-an. Berbeda dengan analisis rangkaian unsur, maka analisis proses
unsur (Inggrisnya item-and-proses) menganggap setiap satuan bahasa adalah
merupakan hasil dari suatu proses pembentukan. Jadi, bentuk tertimbun
adalah hasil dari proses prefiksasi ter- dengan kata dasar timbun,
bentuk kedinginan adalah hasil dari proses konfiksasi ke-/-an
dengan kata dasar dingin.
d. Manfaat Linguistik
setiap ilmu, betapapun teoritisnya, tentu mempunyai
manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan linguistik. Seperti
bsudah disinggung di muka bahwa linguistik akan memberi manfaat langsung kepada
mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, seperti
linguis itu sendiri, guru bahasa, penerjemah, penyusun uku pelajaran,
penyusunan kamus, petuigas penerangan, para jurnalis, politikus, diplomat, dan
sebagainya.
Bagi linguis, pengetahuan yang luas mengenai linguistik
tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya.
Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra linguistik
akan membantunya dalam memahami karya sastra dengan lebih baik.
Bagi guru, terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari
subdisiplin fonologi, morfologi, sitaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan
pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.
Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan
bukan hanya berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantik saja, tetapi
juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastif linguistik.
Bagi penyusun kamus atau leksikografer menguasai semua
aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab semua pengetahuan linguistik akan
memberi manfaat dalam menyelesaikan tugasnya.
Sedangkan bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks,
pengetahuan linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam
menyusun kalimat yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia
pembaca buku tersebut.
C. Objek
Linguistik: Bahasa
a.
Pengertian Bahasa
Bahasa
menurut Ferdinant de Saussure dibagi menjadi tiga, yaitu
·
Parole : merupakan objek konkret karena parole itu berwujud
nyata yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyarakat bahasa.
·
Langue : merupakan objek yang abstrak karena langue
berwujud system suatu bahasa tertentu secara keseluruhan.
·
Langage
: merupakan
objek yang paling abstrak karena dia berwujud system bahasa yang universal.
b. Hakikat Bahasa
·
Bahasa
sebagai system
Sistem bahasa artinya bahasa terdiri dari
unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu,
dan membentuk suatu kesatuan.
·
Bahasa
sebagai Lambang
Ferdinant de Saussure tidak menggunakan istilah lambang,
melainkan istilah tanda atau tanda
linguistic.Oleh karena itu,
dalam kepustakaan kita ada
yang menyatakan bahwa bahasa adalah
system tanda.
·
Bahasa adalah Bunyi
Bunyi pada bahasa atau
yang termasuk lambing bahasa adalah bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
·
Bahasa itu Arbitrer
Arbitrer artiny asewenang-wenang,
berubah-ubah, tidak tetap,
mana suka. Jadi yang dimaksud arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib
antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
·
Bahasa itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambing bunyi dengan
yang dilambangkannya bersifat arbitrer,
tetapi penggunaan lambing tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyaraka tbahasa itu mematuhi konvensi
bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mematuhi konsep yang diwakilinya.
·
Bahasa Itu Produktif
Bahasa dikatakan produktif maksudnya,
meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas,
tetapi dengan unsur-unsur
yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa
yang jumlahnya tidak terbatas.
·
Bahasa itu Unik
Setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri
yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.
·
Bahasa Itu
Universal
Artinya, ada ciri-ciri
yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa
yang ada di dunia ini.
·
Bahasa Itu Dinamis
Bahasa itu berubah,
tidak tetap,
tidak statis dikarenakan keterkaitan bahasa dengan manusia sangat erat,
dimana dalam kehidupannya didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah,
itulah mengapa bahasa itu dinamis.
·
Bahasa Itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yaitu idiolek,
dialek, dan ragam.
Idiolek : variasi atau ragam bahasa
yang bersifat perseorangan.
Dialek : variasibahasa
yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat dan suatu waktu.
Ragam : variasi bahasa
yang digunakan dalam situasi,
keadaan, atau untuk keperluan tertentu.
·
Bahasa Itu Manusiawi
Artinya bahasa hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
c.
PenggunaanBahasa
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan,
bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur,
yaitu : (1) Setting atau Scene, (2) Participants, (3) Ends, (4) Act Sequences,
(5) Key, (6) Instrumentalities, (7) Norms, (8) Genres
D. Tataran Linguistik :
a.
Fonologi
Fonologi adalah bidang
linguistic yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Satuan bunyi
yang menjadi objek fonologi adalah fonetik dan fonemik.
·
Fonetik
: bidang
linguistic yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi pembeda makna atau tidak. Fonetik dibedakan menjadi tiga,
yaitu : artikulatoris,
akustis, dan auditoris.
·
Fonemik
: objek penelitian fonemik adalah fonem,
yakni bunyi bahasa
yang dapat atau berfungsi membedakan makna
kata.Objek penelitian fonemik adalah fonem.
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil
yang fungsional atau dapat membedakan makna
kata. Fonem diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu :
*fonem segmental yaitu fonem-fonem
yang berupa bunyi,
yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran.
*fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental yaitu fonem
yang berupa unsure suprasegmental.
Selain mempelajari tentang fonem,
di dalam fonemik juga mempelajari tentang alofon. Alofon adalah bunyi-
bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.
b. Morfologi
Di dalam bab morfologi ini, akan dibicarakan seluk beluk morfem.
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil
yang mempunyai makna. Morfem diklasifikasikan menjadi
:
· Morfem bebas dan morfem terikat
Morfem bebas adalah morfem
yang tanpa kehadiran morfem
lain dapat muncul dalam pertuturan,
contohnya : pulang, makan,
rumah, dan bagus.
Sedangkan morfem terikat adalah morfem
yang tanpa digabung dulu dengan morfem
lain tidak dapat muncul dalam pertuturan,
contonya : semua afiks dalam bahasa
Indonesia adalah morfem terikat.
· Morfem utuh dan morfem terbagi
Morfem utuh adalah morfem
yang bentuk formalnya merupakan satu kesatuan
yang utuh, contohnya : meja,
kursi, kecil. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem
yang terdiri dari dua buah bagian
yang terpisah.
· Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental.
Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan
morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur
suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
· Morfem beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfenm beralomorf zero
atau nol, yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), merupakan berupa
“kekosongan”.
· Morfem Bermakna
Lesikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yaang secara inheren telah
memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berprose dulu dengan morfem
lain. Sedangkan morfem tidak bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna
apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya
dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
Dalam morfologi adapula prose morfemis atau biasa disebut proses morfologi atau
proses juga proses gramatikal. Berikut ini akan dibicarakan proses-proses
morfemis yang berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan juga
sedikit tentang konversi dan modifikasi intern.
·
Afiksasi
yaitu proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
·
Reduplikasi
yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.
·
Komposisi
yaitu hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang
bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki
identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
·
Konversi,
sering juga disebut derivasi zero, transmutasi, dan transposisi, adalah proses
pembentukan kata dari sebuah katamenjadi kata lain tanpa perubahan unsure
segmental.
·
Modifikasi
internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal)
adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsure-unsur (yang biasanya
berupa vocal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa
konsonan).
·
Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk
utuhnya.
·
Prokdutifitas
proses morfemis adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama
afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara
relative tak terbatas, artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan
proses tersebut.
Morfofonemik
Morfofonemik, disebut juga morfonemik,
atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses
morfologi, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
c.
Sintaksis
Telah disebutkan bahwa morfologi dan sitaksis adalah
bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau
gramatika. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah (1) stuktur
sintaksis, (2) satuan-satuan sintaksis, (3) hal-hal lain yang berkenaan dengan
sintaksis.
·
Struktur
Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu
terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).
·
Kata
Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata merupakan
satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam tataran
sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi
komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi
satuan sintaksis, kita harus terlebih dahulu membedakan adanya dua macam kata,
yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah
kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami
proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah
satuan tuturan, yang termasuk kata penuh
adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, adjektiva, adverbial,
dan numeralia. Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara
leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan
kelas tertutup, dan didalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri, yang
termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
·
Frase
Sebagai Satuan Sintaksis
Frase digunakan sebagai satuan sintaksis
yang satu tingkat berada dibawah satuan klausa dan satu tingkat berada di atas
satuan kata. Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikalyang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frase dapat
dibedakan menjadi :
*Frase Eksosentrik adalah frase yang
komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya.
*Frase Endosentrik adalah frase yang
salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama
dengan keseluruhannya.
*Frase Koordinatif adalah frase yang
komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama atau
sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif,
baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti
baik…baik, makin…makin, dan baik…maupun… frase koordinatif ini mempunyai
kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya.
*Frase Apositif adalah frase koordinatif
yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, dan oleh karena itu urutan
komponennya dapat dipertukarkan.
*Perluasan frase adalah salah satu cirri
dari sebuah frase. Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru
sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
·
Klausa
Sebagai Satuan Sintaksis
Klausa adalah satuan sintaksis berupa
runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu
ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang
lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.
·
Kalimat
Sebagai Satuan Sintaksis
Kalimat itu adalah satuan yang langsung
digunakan dalam berbahasa, maka para tata bahasawaan tradisional biasanya
membuat definisi kalimat dengan mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat
interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan.
·
Wacana
Sebagai Satuan Sintaksis
Banyak dan berbagai macam definisi
tentang wacana telah dibuat orang. Namun, dari sekian banyak definisi dan yang
berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana
itu terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami
oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa
keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti
wacana itudibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.
·
Catatan
Mengenai HIerarki Satuan
Satuan yang satu tingkat lebih kecil
akan membentuk satuan yang lebih besar. Jadi, fonem membentuk morfem, morfem
akan membentuk kata, kemudian kata akan membentuk frase, selanjutnya frase akan
membentuk klausa, sesudah itu klausa akan membentuk kalimat, dan akhirnya
kalimat akan membentuk wacana.
d.
Semantik
Dalam
berbagai kepustakaan linguistic disebutkan bidang studi linguistic yang objek
penelitiannya makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistic. Kalau
istilah ini tetap dipakai tentu harus diingat bahwa status tataran semantic
dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis adalah tidak sama, sebab
secara hierarkial satuan bahasa yang disebut wacana, seperti yang sudah
dibicarakan dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan
klausa dibangun oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, dan satuan kata
dibangun oleh morfem, satuan morfem dibangun oleh fonem, dan terakhir satuan
fonem dibangun oleh fon atau bunyi. Semantic, dengan objeknya yakni makna,
berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun membangun ini: makna berada
dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Oleh karena itu, penamaan
tataran untuk semantic agak kurang tepat, sebab dia bukan satu tataran dalam
arti unsure pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan unsure yang
berada pada semua tataran itu, meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran
itu tidak sama.
·
Jenis-jenis
Makna
*Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang
dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda
memiliki makna leksikal “sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai”,
air bermakna leksikal “sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan
sehari-hari”, dan sebagainya. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa
makna leksikal adalah makna sebenarnya.
*Makna Gramatikal
Makna gramatika lbaru ada kalau terjadi
proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
*Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna leksem
atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan
dengan situasinya, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu.
*Makna Referensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna
referensial kalau ada referensnya atau acuannya.
*Makna Non-referensial
Makna non-fererensial adalah sebuah kata
yang tidak mempunyai referens atau acuan.
*Makna Denotatif
Makna denotative adalah makna asal,
makna asli, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.
*Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang
“ditambahkan” pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari
orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.
*Makna Konsteptual
Makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
*Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu
dengan sesuatu yang berada diluar bahasa.
*Makna Kata
Makna kata adalah kata atau leksem yang
memiliki makna.
*Makna Istilah
Makna istilah adalah sebuah kata atau
leksem yang mempunyai makna pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun
tanpa konterks kalimat.
*Makna Idiom
Makna idiom adalah satuan ujaran yang
maknanya tidak dapat diramalkan, baik makna unsure-unsurnya, baik secara
leksikal maupun secara gramatikal.
*Peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih
dapat ditelusuri dan dilacak.
E.
Sejarah dan Aliran Linguistik
a.
Linguistik Tradisional
Terbentuknya
tata bahasa tradisional telah mengalami masa yang sangat panjang, berikut
adalah pembagian zaman per zaman linguistic tradisional
·
Linguistic
Zaman Yunani
Sejarah studi bahasa pada Zaman Yunani
dimulai dari lebih kurang abad ke-5 S.M. sampai lebih kurang abad ke-2 M.
masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis waktu itu
adalah pertentangan antara fisis dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali.
Dari studi bahasa pada zaman Yunani ini,
ada beberapa kaum yang ikut dalam studi bahasa ini, yaitu Kaum Sophis, Plato
(429-347 S.M.), Aristoteles (384-322 S.M.), Kaum Stoik, Kaum Alexandrian.
·
Linguistik
Zaman Romawi
Zaman ini dianggap sebagai kelanjutan
dari zaman Yunani. Boleh dikatakan orang Romawi belajar mengenai linguistic
dari orang Yunani. Tokoh yang sangat berperan pada zaman ini adalah Varro
(116-27 S.M.) dengan karyanya De Lingua
Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones
Grammaticae.
·
Zaman
Pertengahan
Dari zaman pertengahan ini yang dikaji
dalam studi bahasa, antara lain, adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa
Spekulativa, dan Petrus Hisponus.
·
Zaman
Renaisans
Zaman ini dianggap sebagai zaman
pembukaan pemikiran abad modern.
·
Menjelang
Lahirnya Linguistik Modern
Masa antara lahirnya linguistic modern
dan masa berakhirnya zaman renaisans ada satu tonggak yang dianggap sangat
penting yaitu dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa
Sansekerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin, dan bahasa-bahasa Jerman lainnya.
Hal East India Company di hadapan The Royal Asiatic Society di Kalkuta
pada tahun 1786.
b.
Linguistik
Strukturalisme
Linguistic
strukturalisme berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau
sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari
konsep-konsep atau pandangan-pandangan
baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik
Modern yaitu Ferdinant de Saussure.
TUGAS AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH LINGUISTIK UMUM
MERANGKUM BUKU “LINGUISTIK UMUM”
Karya : Abdul Chaer

Oleh :
Yulianti
2601412005
Rombel 1
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar