A. Sistem Morfologi Nomina Murni
1. Kategori D
Yang
dimaksud di sini adalah kategori kata yang terdiri atas satu morfem
(monomorfemis). Nomina jenis ini mempunyai cirri-ciri valensi sintaksis sebagai
berikut:
a.
dapat didahului oleh penanda
negatif dudu ‘bukan’:
dudu meja ‘bukan
meja’
dudu kursi ‘bukan
kursi’
dudu sepatu
‘bukan sepatu’
dudu lawang
‘bukan pintu’
b.
dapat didahului oleh preposisi:
saka sawah ‘dari
sawah’
ing emper ‘di
teras’
menyang pasar ‘ke
pasar’
tumrap dheweke
‘bagi dia’
karo bapak
‘dengan bapak’
c.
dapat didahului oleh numeralia:
patang dina ‘empat
hari’
rong meja ‘dua
meja’
pirang-pirang enggon ‘beberapa tempat’
seked uwong
‘lima puluh orang’
2. Kategori D-D1
Yang
dimaksud dengan nomina kategori D-D1 di sini adalah kategori D-D leksikal
atau D-D semu.
Contoh:
alun-alun
‘alun-alun, stadion’
awer-awer ‘pakaian’
ager-ager ‘agar-agar’
ayang-ayang ‘bayangan’
ula-ula ‘tulang belakang’
andheng-andheng
‘tahi lalat’
Kaidah
pembentukan di sini bukan duplikasi morfologis, melainkan duplikasi leksikal
karena membentuk kata tunggal (leksem) yang secara lahir berbentuk duplikasi.
Dalam tata bahasa tradisional hal itu disebut perulangan semu.
Kategori
D-D1 ini termatuk tidak produktif karena hanya terdapat secara
insidental.
3. Kategori D-D2
Yang
dimaksud dengan nomina kategori D-D2 di sini adalah kategori yang
dibentuk dari kategori D dengan prosede duplikasi. Prosede duplikasi di
sini disebut duplikasi morfologis karena memang mempunyai arti dan fungsi
gramatis tertentu. Fungsi gramatis itu diantaranya:
a.
di dalam sistem nomina dipakai
untuk membentuk kategori jamak.
buku-buku ‘beberapa
buku’
kursi-kursi
‘beberapa kursi’
bocah-bocah
‘beberapa anak’
dalan-dalan
‘beberapa jalan’
b.
dapat dipakai untuk membentuk
verba dari dasar nomina.
udan ‘hujan’ ®udan-udan ‘berhujan-hujan’
omah ‘rumah’ ®omah-omah ‘berumah tangga’
anak ‘anak’ ®anak-anak ‘beranak, berputera’
Kategori
D-D2 ini termasuk produktif karena bersistem.
4. Kategori D-v-D
Kategori
ini merupakan kategori yang secara formal berwujud duplikasi yang disertai
variasi vokal. Namun, duplikasinya bersifat leksikal.
kolang-kaling
‘kolang-kaling’
orang-aring ‘orang-aring’
Kategori
ini termasuk tidak produktif karena hanya terdapat secara insidental.
5. Kategori D-an
Kategori
D-an dibentuk dari dasar dengan sufiks –an atau D®D-an. Nomina kategori D-an ini
menyatakan:
a.
‘kompleks/lingkungan, wilayah/daerah D’. Oleh karena itu, sering
didahului dengan nggon ‘tempat’, ing ‘di’.
pitik ‘ayam’ ®(nggon) pitikan ‘(tempat) kompleks ayam’
gedhang ‘pisang’ ®(nggon) gedhangan ‘(tempat) kompleks
pisang’
Pakualam ‘Pakualam’
®Pakualaman ‘kampung/daerah tempat
tinggal keluarga Pakualam’.
Mangkunegara ‘Mangkunegara’ ®Mangkunegaran
‘daerah tempat tinggal keluarga Mangkunegara’
b. menyatakan ‘tiruan dari D’
celeng ‘babi hutan’ ®celengan ‘wujudnya bagai babi hutan’
bandhul ‘bandul’ ®bandhulan ‘bagai bandul’
gapuran ‘gapura’ ®gapuran ‘bagai gapura’
plenthu ‘sesuatu yang menggelembung’ ®plenthon ‘bagai plenthu’
Nomina
kategori D-an termasuk produktif karena bersistem, terutama jenis (a).
6. Kategori D-D-an
Kategori
D-D-an dibentuk dari dasar dengan duplikasi yang berkombinasi dengan
sufiks –an atau D®D-D-an.
bojo ‘suami/istri’ ®bojon-bojonan
‘bukan suami/istri yang sebenarnya’
pacar
‘pacar’ ®pacar-pacaran ‘bukan pacar yang sebenarnya’ (untuk iseng)
judhul
‘judul’ ®judhul-judhulan ‘bukan judul yang sebenarnya’
omah ‘rumah’ ®omah-omahan ‘rumah-rumahan’
montor
‘mobil’ ®montor-montoran
‘mobil-mobilan’
bedhil ‘senapan’ ®bedhil-bedhilan ‘senapan mainan’
Kategori
D-D-an di sini berhubungan dengan cri arti ‘bukan D yang sebenarnya’. Kategori
ini termasuk produktif karena bersistem.
Di
samping itu terdapat pula sebagian D-D-an yang menyatakan
‘rumpun/jenis/golongan D’.
godhong
‘daun’ ®godhong-godhongan
‘rumpun/jenis/golongan daun’
woh ‘buah’ ®woh-wohan ‘golongan buah, buah-buahan’
wit ‘pohon’ ®wit-witan
‘golongan/bangsa pohon’
7. Kategori ka-D-an
Kategori
ini dibentuk dari D dengan konfiks ka-an atau D ® ka-D-an.
lurah
®kalurahan ‘daerah kekuasaan lurah, kelurahan’
camat®kacamatan ‘daerah kekuasaan camat,
kecamatan’
wedana
®kawedanan ‘daerah kekuasaan wedana’
bupati®kabupaten ‘daerah kekuasaan bupati,
kabupaten’
dhewata
®kadhewatan ‘daerah tempat tinggal dewata’
8. Kategori pa-D-an
Kategori
pa-D-an dibentuk dari D dengan konfiks pa-an. Kategori ini
berhubungan dengan cirri arti ‘perihal D, abstraksi tentang D’.
surya
‘wajah’ ®pasuryan
‘perwajahan, perihal wajah’
karya ‘karya, hasil’ ®pakaryan ‘hasil karya, tentang karya
adat ‘adat, kebiasaan’ ®padatan
‘perihal adat’
Terdapat
juga sebagian pa-D-an yang berhubungan dengan ciri arti ‘kompleks atau
lingkungan/daerah D’.
uwuh ‘sampah’ ®pawuhan
‘tempat/kompleks sampah’
omah ‘rumah’ ®pomahan ‘daerah tempat rumah dibangun’
desa ‘desa’ ®padesan ‘daerah
tempat desa-desa terdapat’
cina ‘Cina’ ®pacinan ‘daerah tempat tinggal orang-orang Cina’
tegal ‘ladang, huma’ ®pategalan
‘daerah tempat lading-ladang’
9. Kategori paN-D
Nomina
kategori paN-d pada umumnya merupakan nominalisasi dari verba kategori N-D.
ganjel
‘ganjal’ →
ngganjel ‘mengganjal’
→ pangganjel
‘alat untuk mengganjal’
arit ‘sabit’ → ngarit
‘menyabit’
→ pangarit
‘cara menyabit’
thuthuk
‘pemukul’ →
nuthuk ‘memukul’
→ panuthuk
‘alat untuk/perihal memukul’
Nomina
kategori paN-D termasuk produktif karena bersistem. Verba kategori N-D
baik murni maupun transposisi secara bersistem dapat dinominalkan menjadi
kategori paN-D.
10. Kategori paN-D-an
Nomina
kategori ini juga merupakan hasil nominalisasi dari verba kategori N-D atau
kategori yang lain.
nggoreng
‘menggoreng’ →
panggorengan ‘tempat menggoreng’
nuthuk ‘memukul’ → panuthukan
‘tempat pemukul’
nggodhog ‘merebus’ → panggodhogan
‘tempat merebus’
ngobati ‘mengobati’ → pangobatan
‘tempat mengobati’
Berdasarkan
contoh-contoh di atas, diketahui bahwa nomina kategori paN-D-an berhubungan
dengan ciri arti ‘tempat meN-D, meN-D-I, atau menN-D-kan.
Kategori
ini termasuk tidak produktif karena hanya terdapat secara insidental.
11. Kategori DP
Nomina
kategori DP dibentuk dari dasar dengan reduplikasi atau dwipurwa (DP).
tamba
‘obat’ →
tetamba ‘obat-obatan’
tenger ‘tanda’ → tetenger
‘apapun yang dipakai sebagai tanda’
palang ‘penghalang’ → pepalang
‘apapun yang dipakai sebagai penghalang’
warah ‘petunjuk’ → wewarah
‘apapun yang dipakai sebagai petunjuk’
Sebagaimana
dapat dilihat pada contoh-contoh di atas, nomina kategori DP menyatakan
‘abstraksi dari D (arkhais)’. Karenanya, nomina tersebut umumnya
terdapat dalam pemakaian tertentu (tembang, susastra, pedhalangan, wejangan,
upacara penganten). Karena hanya termasuk arkhais, DP-an hanya terdapat
dalam lingkungan pemakaian tertentu (tembang, susastra, nasihat, wejangan).
Nomina
kategori ini termasuk tidak produktif karena hanya terdapat secara insidental.
12. Kategori DP-an
Kategori
DP-an dibentuk dari D dengan reduplikasi yang berkombinasi dengan
sufiks –an. Kategori itu berhubungan dengan ciri arti ‘aneka ragam atau
kompleks D (arkhais)’. Jadi, dalam nomina itu terdapat aspek ciri arti ‘jamak
tetapi sekaligus ada kekaburan terhadap D’.
kembang
‘bunga’ →
kekembangan ‘aneka bunga’
sawah ‘sawah’ →
sesawahan ‘kompleks sawah, persawahan’
tegal ‘ladang’ → tetegalan
‘kompleks ladang/huma’
13. Kategori pra-D
Kategori
ini dibentuk dari D dengan prefiks pra-. Prefiks itu tidak jelas ciri artinya.
Barangkali artinya adalah gejala-gejala atau hadirnya atau adanya D’.
tandha
‘tanda’ → pratandha
‘gejala-gejala akan hadirnya tanda-tanda’
lambang ‘isyarat’ → pralambang
‘gejala-gejala hadirnya isyarat’
janji ‘janji’ → prajanji
‘janji yang diutarakan sebelumnya’
satya ‘setia’ → prasatya
‘kesetiaan yang diungkapkan sebelumnya’
Kategori
pra-D termasuk tidak produktif karena hanya terdapat secara insidental.
Kategori ini juga mengandung aspek ciri arti ‘arkhais’ yang mengandung aspek
‘keindahan, kehidmatan, keagungan’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar